Siang hari itu Anna meminta tolong ke Sabeni untuk mengantar pesanan baju dari butik miliknya yang dipesan oleh tetangga sebelah yang bernama Clara (24). Sabeni pun segera pergi ke rumah sebelah, sesampai di depan rumah Clara orang tua itu menekan bel.
"Kriiiingggg.." terdengar suara bel yang ditekan Sabeni.
Tak lama kemudian pintu rumah itu terbuka dan muncullah sesosok wanita cantik yang mengenakan baju dengan bagian dada ke atas terbuka, sehingga memperlihatkan belahan dadanya yang montok. Wanita cantik itu segera membuka pintu pagar rumahnya. Sabeni terdiam sesaat, ia terpana dengan kecantikan wanita itu, apalagi saat melihat belahan dadanya yang terlihat putih mulus dan juga sekal padat berisi.
Merasa dipandangi seperti itu, wanita cantik itu pun merasa risih. "Maaf, Pak.. ada perlu apa ya?” tanya Clara pada Sabeni yang masih memandanginya tanpa berkedip. Seolah-olah pandangan orang tua itu menelanjangi dirinya.
"Ooh.. ma-maaf, Non.. i-ini saya dari rumah sebelah disuruh nganterin pesenan Non." kata Sabeni terdengar gugup. "Kata Non Anna, non diminta untuk mencobanya dulu. Kalau merasa kurang pas, biar nanti saya bilang sama Non Anna." kata Sabeni menyampaikan pesan majikannya.
"Oh, ya udah. Silahkan masuk dulu, Pak, tunggu di dalam saja... di luar panas." kata Clara sambil mempersilahkan Sabeni masuk ke dalam.
"Oh iya. Makasih, Non," kata Sabeni mengikuti langkah Clara dari belakang, pandangannya tak lepas dari bongkahan pantat Clara yang seksi. Dengan mengenakan rok ketat dan setelan baju tanpa lengan berwarna hijau, memperlihatkan ketiaknya yang bersih, dan lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Setiap pria yang melihatnya pasti akan tergiur kemolekan tubuh Clara.
"Bapak tunggu disini dulu ya, akan saya buatkan minum sebentar," kata Clara mempersilahkan sabeni duduk di ruang tamu.
Saat berjalan ke dapur, Sabeni masih terus memperhatikan kedua bongkahan pantat Clara yang sekal, padat berisi dan membulat besar itu bergoyang ke kanan dan ke kiri. Melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Clara, membuat gairah Sabeni menjadi bangkit, timbul hasrat dalam dirinya untuk bisa meniduri wanita cantik itu. Batang penisnya terlihat menggembung di balik celana lusuhnya. Batang penis Sabeni semakin menegang keras saat membayangkan bagaimana Ia menyetubuhi Clara.
Hasrat yang tak tertahan membuatnya jadi timbul niat untuk mendapatkan Clara saat itu juga, apalagi sekarang ia memiliki ilmu kesaktian yang diwarisi dari kakek buyutnya, Mbah Dargo. Segera orang tua itu melakukan ritual untuk mendapatkan Clara. Sejenak ia berkonsentrasi sambil mulutnya komat-kamit. Sementara itu di dapur, entah kenapa tiba-tiba saja Clara merasakan gairah dalam dirinya begitu menggebu-gebu, tubuhnya berkeringat dan nafasnya terasa berat.
Ternyata ilmu guna-guna Sabeni telah bekerja; sekarang Clara merasakan di bagian selangkangannya terasa gatal, tangan kanannya bergerak ke bawah menelusup ke dalam selangkangannya dan mengusap-usap kemaluannya. Clara bermaksud untuk menggaruknya, tapi rasa gatal itu malah semakin menjadi. Jari-jari Clara mengorek vaginanya, ia merasakan nikmat saat jari-jarinya bermain di dalam kemaluannya.
Ia mulai mendesah saat jari tangannya mengocok kemaluannya sendiri, gerakannya semakin lama semakin cepat. Wanita cantik itu semakin mendesah tak karuan, sekarang Clara merasakan birahi tinggi, dan entah kapan datangnya Sabeni sudah berada di belakangnya lalu mendekap tubuh molek Clara dari belakang sambil kedua tangannya meremasi payudara montok Clara dengan gemas. Batang penisnya yang menegang keras ia gesekkan di belahan pantat Clara. Rambut panjang Clara yang di cat kemerahan itu dia sibakkan ke kiri dan menghirup aroma tubuh Clara yang harum.
Clara semakin terangsang ketika lidah Sabeni menyapu telak lehernya sehingga membuat bulu kuduknya merinding. Sabeni meneruskan rangsangannya dengan menjilati telinga Clara, lidahnya didorong-dorong ke lubang telinga menyebabkan Clara menggelinjang dan meronta kecil antara menolak dan terangsang, karena saat itu Clara sedang dalam keadaan setengah sadar. Ia tidak habis mengerti kenapa ia jadi begini, bukankah ia sudah bersuami dan suaminya sedang tidak ada di rumah.
Dalam dirinya terjadi konflik batin antara menolak atau menerima rangasangan itu, tapi Sabeni adalah orang yang sangat mahir dalam membangkitkan gejolak nafsu perempuan yang menjadi mangsanya, sehingga Clara menjadi bingung. Akan tetapi gairah itu begitu meledak-ledak dan tak mampu ditahannya.
"Apa yang sedang Bapak lakukan? Jangan, Pak! Saya sudah bersuami," kata Clara yang masih setengah sadar. Ia bermaksud menghentikan perbuatan tidak senonoh Sabeni pada dirinya, tapi bukannya berhenti, Sabeni malah semakin agresif dalam memberikan rangsangan pada dirinya, orang tua itu begitu kuat merengkuh tubuhnya.
"Maafkan saya, Non... Non Clara cantik sekali, saya jadi gak tahan." kata Sabeni sambil terus meremasi kedua payudara wanita cantik itu.
Tangan kirinya turun ke bawah meremasi bongkahan pantat Clara yang semok, sementara lidahnya masih menjilati tengkuk dan leher jenjang Clara. Tangan kanannya kini mulai menyusup lewat bawah baju Clara menyentuh perutnya dan menyusup ke balik bra-nya. Clara menggeliat karena tangan kasar itu terasa geli di payudaranya yang halus, terlebih ketika orang tua itu menggesekkan jarinya pada putingnya. Sambil merasakan kepadatan dan kehalusan payudara Clara, Sabeni terus mencupangi lehernya yang jenjang hingga meninggalkan bekas merah pada kulit putih itu. Clara hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan mata terpejam menerima serbuan-serbuan erotis pria tua buruk rupa itu.
"Saya tau, Non Clara juga lagi butuh kehangatan dari laki laki seperti saya," kata orang tua itu semakin kurang ajar.
Sementara itu Clara tidak tahu harus berbuat apa, dirinya tak kuasa untuk menolak rangsangan yang diberikan orang tua buruk rupa itu. Gelombang birahi itu begitu kuat mendera, membuatnya semakin pasrah diperlakukan seperti sekarang. Satu persatu orang tua itu mulai mempreteli kancing baju Clara, serta melepas pengait bra wanita cantik itu, lalu melepaskan baju beserta bra dan meletakkannya begitu saja di lantai. Kedua bukit kembar wanita cantik itu kini terpampang jelas yang terlihat putih mulus dengan putingnya yang berwarna merah muda, kini tubuh bagian atas Clara sudah telanjang. Sabeni menjilati kedua daun telinga Clara secara bergantian.
"Emmhhh... mmhhh..." Clara melenguh merasakan birahi yang semakin memuncak.
Kemudian orang tua itu membalikkan badan Clara sehingga posisi mereka berdua sekarang saling berhadapan. Tangan Sabeni mulai melepas resleting rok milik Clara, rok yang dikenakan Clara pun melorot, meluncur ke bawah. Kini Clara hanya tinggal mengenakan celana dalam berwarna pink. Mulut orang tua itu mencaplok payudara Clara secara bergantian dan menggigit kecil putingnya yang mulai mengeras. Tangan kirinya menyusup ke dalam celana dalam Clara, dirasakannya bulu-bulu halus yang menyelimuti daerah kewanitaan Clara.
Tangan itu mula-mula hanya mengelus-elus permukaanya, lalu sebentar kemudian jarinya mulai merayap masuk ke belahannya, mengaduk-aduk bagian dalamnya. Hal ini membuat tubuh Clara bergetar dan nafasnya semakin tidak teratur, rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya menceracau tak jelas dan kakinya terasa lemas, kalau saja tidak didekap Sabeni mungkin tubuhnya kehilangan topangan.
Sabeni meningkatkan serangannya untuk membuat wanita cantik itu takluk sepenuhnya dengan cara memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia gesekkan pada jarinya dan sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya tersentak dan mengerang. Clara tinggal pasrah saja membiarkan Sabeni mengocok-ngocok vaginanya dengan jarinya.
"Ssssshhhhh.. aaaahhhhhhh.." ceracau Clara yang terdengar tidak jelas.
“Haha… konak ya, Non. Lihat, udah basah gini!” ejek Sabeni dekat telinga Clara.
Dengan menggunakan kedua lengannya, orang tua itu mengangkat tubuh Clara kemudian menggendongnya menuju ke meja makan dan membaringkannya di meja itu dengan kedua kaki terjuntai. Sabeni mencondongkan tubuhnya ke depan hampir menindih tubuh wanita cantik itu dan melumat bibir ranum wanita cantik itu. Clara pun tak bisa menolaknya, ia pun membalas pagutan bibir tebal orang tua itu. Nampaklah kini adegan percumbuan panas dua manusia berlainan jenis dengan usia yang terpaut jauh dan strata kelas yang berbeda. Clara yang cantik dari kalangan kelas atas takluk dalam pelukan seorang pria tua buruk rupa.
Satu-satunya kain yang melekat di selangkangan Clara pun sudah dilepas oleh Sabeni, lalu diambilnya sebuah kursi dan dia duduk tepat di depan kemaluan Clara seperti dokter kandungan sedang memeriksa pasiennya saja. Kedua tungkai Clara yang menjuntai diangkat dan diletakkan di bahunya,kini mukanya tepat berada di depan kemaluan Clara yang terlihat begitu bersih terawat dengan bulu-bulu tipis di sekitarnya.
Tangan keriputnya menyibakkan bibir kemaluan Clara yang berwarna merah menggoda. Sabeni menjulurkan lidah, menjilati bagian dalam vagina Clara, sesekali tangannya mengocok vagina wanita cantik itu. Clara yang mendapat rangsangan seperti itu menceracau tak karuan sambil menggigit bibir bawahnya, dan kedua tangannya meremasi payudaranya sendiri.
“Aahhh… Pak!” desahan halus keluar dari mulut wanita cantik itu saat Sabeni menyapukan lidah pada bibir kemaluannya.
Lidah Sabeni semakin liar saja menyapu liang vagina Clara, apalagi saat menyapu klitorisnya, badan Clara bergetar seperti tersengat listrik dengan mata merem-melek. Dan bukan saja menjilati, Sabeni juga memutar-mutarkan telunjuknya di liang itu, sementara tangan lainnya mengelusi paha dan pantat Clara yang mulus. Hal itu berlangsung selama kurang lebih sepuluh menitan, hingga akhirnya tanpa dapat ditahan lagi oleh Clara, cairan pelumas membanjir keluar dari vaginanya diiringi erangan panjang. Tubuhnya menggelinjang tak terkendali, ya… dia telah orgasme.
"aaaaaaaaarrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhh..." teriakan Clara saat mendapatkan orgasmenya, cairan berwarna bening mengucur deras dari kemaluannya.
Dengan rakusnya Sabeni menyeruput cairan yang keluar seperti orang kelaparan, terdengar bunyi sslluurpp… sssrrppp… dari hisapannya. Tubuh Clara pun melemas setelah menegang sesaat, matanya terpejam dengan nafas terengah-engah.
Sabeni segera berdiri dan melucuti pakaiannya sendiri berikut celananya, kini kedua orang berlainan jenis itu sudah sama-sama dalam keadaan bugil. Orang tua itu telah berdiri diantara kedua pahanya dengan kepala penis sudah menempel di vaginanya, kedua betis Clara dia sangkutkan di bahunya yang lebar. Clara yang masih merasakan tubuhnya terasa lemas segera terbangun, matanya melotot seakan tak percaya melihat kenyataan bahwa ternyata penis Sabeni begitu besar dan panjang. Dalam hatinya merasa ngeri juga membayangkan kalau batang penis sebesar tongkat satpam itu harus masuk ke dalam vaginanya.
"Jangan... jangan dimasukin... kasihani saya, Pak." pinta Clara mengiba pada orang tua itu karena sebentar lagi kehormatannya akan direnggut. Sementara Sabeni hanya menyeringai mesum kepadanya.
"Siap-siap dicoblos ya, Non... hehehe," kata Sabeni sambil terus menyeringai mesum.
Clara merintih menahan nyeri saat penis besar itu menyeruak ke dalam kemaluannya yang sempit, demikian juga Sabeni meringis menahan sakit merasakan penisnya tergesek dinding vagina. Walaupun mengalami sedikit kesusahan saat memasukan penisnya ke dalam vagina sempit milik Clara, orang tua itu tetap berusaha keras menjebol vagina Clara, dan akhirnya usahanya membuahkan hasil walaupun tidak seluruhnya masuk karena memang ukuran penisnya yang panjang, batang penis itu sudah mentok mengenai rahim Clara. Mata Clara sudah basah oleh air mata ketika itu, tangisan yang disebabkan rasa nyeri, dan ketidakberdayaan.
"Auuuuuuuuwwwwww.. sssssaaakiiiitttttt..." jeritan histeris Clara saat batang penis Sabeni menghunjam ke dalam vaginanya hingga mentok mengenai rahimnya.
"Hmmm... seretnya... legiiiitttttt..."Sabeni menggumam merasakan kenikmatan pijatan halus dinding kemaluan Clara. Sejenak orang tua itu mendiamkan batang penisnya, lalu dengan pelan-pelan ia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Sementara Clara masih meringis menahan rasa sakit di selangkangannya.
"Saya genjot ya, Non.."kata Sabeni mulai menggenjot vagina Clara.
Sabeni mulai meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu menggesek dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali menghujam. Kedua payudara Clara yang membusung ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya. Orang tua itu meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah Clara mulai bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya, yang tidak pernah didapatnya saat bercinta dengan suaminya, ditambah lagi sudah satu bulan ini suaminya belum pulang karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan tidak dapat dipungkiri tubuhnya sangat merindukan belaian pria. Tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Sabeni.Clara yang di awal tadi merasakan sakit yang teramat sangat, kini berangsur-angsur mulai hilang. berganti dengan kenikmatan yang luar biasa. Jerit kesakitan itu kini berganti dengan desahan kenikmatan.
"Akh... akh... akhh... akhhh... akhhhhh..." terdengar desahan sensual dari mulut Clara.
"Aaarrrgghhhhh... nikmat sekali tempikmu, Non. Bodoh sekali suaminya Non Clara, ninggalin istri secantik dan semolek Non Clara sendirian." Sabeni menggeram merasakan kenikmatan menyetubuhi vagina Clara sambil terus menceracau tak karuan.
“Uukhh... aakkhh... uukhh... aakkhh... terus,Pak... lebih cepet lagiii... aaakkhhh... aku keluarrr!" desahan Clara yang semakin bernafsu, dan akhirnya keluar erangan panjang saat Clara mendapatkan lagi orgasme yang kedua.
Tubuhnya melengkung ke atas, mengejang dan kedua bola matanya kelihatan memutih, deru nafasnya terdengar terengah-engah. Sesaat kemudian tubuhnya ambruk, Clara merasakan tubuhnya sangat lemas, ia merasakan seolah-olah semua tulangnya seperti dilolosi dari tubuhnya. Mengetahui hal itu Sabeni menghentikan genjotannya, memberikan kesempatan pada Clara untuk mengatur nafasnya kembali.
“Turun, Non, kita ganti gaya!” perintahnya pada Clara.
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Clara menurut saja apa yang diminta. Sabeni mengatur posisinya berdiri dengan pantat agak ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan penis Sabeni kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi demikian, Sabeni memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara Clara. Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya, membuat Clara serasa melayang.
Ditariknya wajah Clara hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh, bibir tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena gairahnya yang menggebu-gebu, Clara pun membalas ciuman itu. Lidah mereka saling membelit dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir bibir.
Setelah seperempat jam lamanya dalam posisi berdiri itu, Clara merasa genjotan penis Sabeni makin lama makin kencang. Clara merasakan ada sesuatu yang akan meledak dalam dirinya, bersamaan dengan itu Sabeni juga merasakan hal yang sama.
"Aaaaaaaaaaaarrrrrrrrggghhhhhhhh.. lebih cepat lagi." teriakan Clara yang begitu keras memenuhi ruangan itu saat mencapai klimaks.
"Arrrrrrggggghhhhhh... terima pejuhku ini, Non..." suara Sabeni juga tak kalah serunya dan disusul cairan hangat memenuhi rahim wanita cantik itu, sementara penisnya masih menghujam-hujam namun frekuensi goyangannya menurun. Sperma yang ditumpahkannya sebagian meleleh membasahi selangkangan Clara.
“Ohh… apa yang terjadi padaku, kenapa aku jadi seperti ini? Kanapa aku malah menikmati, dengan orang macam ini pula!” Clara mengalami konflik batin sedemikian rupa, tak habis pikir bagaimana mungkin dirinya begitu bergairah menikmati persetubuhan barusan, “Bagaimana mungkin seorang dari tukang kebun rendahan seperti ini bisa berbuat seperti itu terhadapku, seorang wanita dari kalangan kelas atas, ini gila… gila!”
Seribu satu konflik berkecamuk dalam pikirannya. Clara masih terbengong-bengong dengan tatapan mata kosong, tapi ia harus mengakui bahwa hari ini ia sudah mendapatkan kepuasan luar biasa dari orang tua seperti Sabeni. Dalam hati sebenarnya Clara sangat mengagumi keperkasaan orang tua itu, hati Clara pun mulai luluh pada orang tua itu, entah kenapa Ia justru menginginkan hal seperti ini terjadi lagi pada dirinya. Sesaat suasana menjadi hening setelah terjadi kegaduhan di ruangan itu. Sabeni pun mulai berbenah merapikan dirinya.
"Terima kasih untuk hari ini ya, Non. Saya betul-betul puas. Kapan-kapan kita ulangi lagi," kata Sabeni membisik di telinga Clara, setelah itu dia mengecup kening dan bibir Clara dengan mesra
Clara hanya mengangguk saja, ia tak tahu harus berkata apa. Clara tidak marah sedikitpun, dan itulah yang membuatnya bingung,kenapa ia jadi begini? Malah sekarang dalam hatinya tidak mau ditinggal pergi oleh lelaki tua itu. Sabeni tahu kalau ilmunya sudah bekerja dengan ampuh, tersungging senyum penuh kemenangan di bibirnya yang tebal.
"Mulai sekarang kamu sudah jadi budakku,apapun yang kuminta kau tak kan menolaknya,"kata Sabeni dalam hati.
Lalu Sabeni memohon pamit kepada Clara. Sebelum beranjak dari rumah Clara, orang tua itu masih sempat meremas bongkahan pantat Clara, lalu ia segera pulang kembali ke rumah Anna dengan hati yang riang sambil bersiul-siul.
"Oooh.. alangkah indahnya hidup ini, dikelilingi banyak wanita cantik yang siap ditiduri," kata Sabeni dalam hati.
Memang ini hari keberuntungan orang tua itu, bisa menikmati tubuh mulus wanita sekelas Clara, wanita terhormat dari kalangan kelas atas. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh orang tua itu, dengan ilmu kesaktiannya ia bisa mendapatkan wanita mana saja baik yang sudah separuh baya maupun yang masih abg.
"Nanti malam giliran majikanku yang cantik itu, akan kuhajar habis-habisan dia... sampai dia bertekuk lutut kepadaku.. hehehe," seringai mesum Sabeni mengembang di bibirnya.
Sementara itu Anna sedang nonton TV di ruangan tengah saat Sabeni sudah tiba di rumah.
"Maaf ya, Non, lama.. soalnya tadi saya diminta betulin kran yang ada di kamar mandi Non Clara." kata Sabeni berbohong.
"Iya, gak papa, Pak, Oh iya, gimana gaunnya, Clara suka gak?" kata Anna menanyakan soal gaun yang dipesan.
"Su-suka, Non.. Non Clara sangat menyukainya dan tadi sudah dicoba, dan ternyata pas," kata Sabeni berbohong lagi.
"Ya sudah kalau gitu, Bapak istirahat dulu aja. Sudah seharian ini Bapak bekerja berat.. makasih ya, Pak." kata Anna.
***
Malam hari itu di kamarnya, Anna terlihat sangat cantik dengan balutan gaun malam yang sangat tipis sehingga lekuk-lekuk tubuhnya sangat jelas terlihat. Kedua payudaranya yang membusung, dengan bongkahan pantatnya yang sekal dan membulat besar tentu membuat para pria yang melihatnya akan menelan ludah. Anna duduk di depan cermin sambil memandangi seluruh bentuk tubuhnya melalui cemin, dia membayangkan dirinya yang cantik itu sebentar lagi akan disetubuhi oleh lelaki yang bukan suaminya. Ini semua ia lakukan karena tidak ingin membuat Hendra kecewa, bagaimanapun juga Hendra adalah lelaki yang baik, yang karena kondisinya ia tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai suami yaitu memberinya nafkah batin.
Walaupun dalam hati sebenarnya Anna merasa seperti diiris-iris, kenapa kenyataan hidup yang pahit ini harus dialami olehnya; punya suami tapi tidak mampu memberikan nafkah batin. Ia merasakan dahaga, tapi kemudian Ia menguatkan dirinya, bahwa dirinya masih sangat beruntung. Banyak orang lain di luar sana yang memiliki kenyataan hidup yang lebih pahit, kenyataan hidup ini bukan untuk diratapi akan tetapi harus dijalani, ia percaya bahwa semua akan indah pada waktunya. Tak ada salahnya kalau sekarang ia pun melakukan hal yang diminta suaminya.
Terdengar suara pintu diketuk dari luar, masuklah Sabeni dengan rupanya yang buruk. Tak lama kemudian menyusul Hendra juga masuk ke ruangan itu, dia telah selesai mempersiapkan semua keperluan yang dibutuhkan terutama ramuan tradisonal yang diberikan oleh Sabeni tadi pagi. Kemudian ia pun memberikan segelas minuman yang telah dicampur dengan ramuan tersebut kepada Anna.
"Minumlah ini dulu, sayang, supaya kamu kuat !" kata Hendra.
"Sayang, benarkah semua yang kita lakukan ini?" kata Anna yang nampak masih ragu.
"Iya, sayang... yakinlah semua ini untuk kebaikan kita bersama, karena aku sangat mencintaimu, aku tak mau berpisah denganmu." kata Hendra meyakinkan Anna.
"Ok, Pak, bisa dimulai sekarang!" kata Hendra mempersilahkan Sabeni untuk memulainya, lalu Hendra pun duduk di sudut ranjang.
Sabeni kemudian melepaskan semua pakaian yang dikenakannya, sementara Anna sendiri dengan agak berat hati juga mulai melepaskan pakaiannya, dan kini keduanya sama-sama sudah dalam keadaan telanjang bulat. Sabeni begitu mengagumi kecantikan Anna, apalagi saat seperti sekarang tanpa sehelai benang yang melekat di tubuhnya, seakan-akan ia melihat bidadari yang baru turun dari langit yang sengaja dipersembahkan untuknya.
Dalam hatinya orang tua itu merasa senang karena impiannya untuk meniduri Anna akan segera terwujud dan ia tak perlu repot-repot mengeluarkan ilmu kesaktiannya untuk mengguna-gunai Anna. Sebentar lagi wanita cantik yang ada di hadapannya ini akan menjadi miliknya selamanya. Untuk itu ia berjanji pada dirinya sendiri akan memberikan kesan yang tidak akan dilupakan Anna selama hidupnya.
Sabeni meminta Anna untuk berbaring di ranjang, kemudian orang tua itu juga naik ke ranjang dan mengambil posisi di selangkangan Anna. Sabeni bermaksud memberikan rangsangan kepada Anna, maka kedua kaki Anna yang jenjang dibukanya lebar-lebar. Ia menundukkan kepalanya sehingga kini wajahnya tepat berada di depan kemaluan Anna, tangan Sabeni menyibakkan bibir kemaluan Anna, kemudian menjulurkan lidahnya dan menjilati vagina Anna hingga menyentuh klitorisnya.
Mendapat rangsangan seperti itu, Anna mendesis tak jelas, "Sssssshhhh... uuuggghhh.." desisannya terdengar begitu sensual.
Sabeni juga menjilati paha Anna yang putih mulus, lalu berhenti di selangkangan Anna dan kembali menjilati vagina itu. Ia terlihat begitu bernafsu memberikan rangsangan pada wanita pujaannya itu, sambil sesekali melirik ke atas. Sabeni tidak hanya menjilati seluruh kemaluan Anna, ia juga menggunakan jarinya mengocok kemaluan Anna. Semakin lama ia mempercepat kocokannya dan Anna semakin menggelinjang dan menceracau tak jelas.
"Aaaaaakkkkkhhhhhh... Pak... terusssss!!" Anna mendesah tak karuan.
Sabeni semakin intensif memberikan rangsangan pada Anna, lidahnya semakin liar menjilati vagina Anna. Badan Anna pun seperti tersengat listrik, bergetar menahan rasa nikmat yang luar biasa. Rasanya seperti melayang di atas awan, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti sekarang.
"Oouughhh... inikah yang dinamakan surga dunia," katanya dalam hati.
Seluruh tubuh Anna yang putih mulus dan bersih itu tak luput dari jilatan lidah Sabeni; mulai dari kaki Anna yang panjang, sampai ke leher Anna yang jenjang. Sambil menjilat, jarinya tetap bermain di vagina Anna. Kini orang tua itu mulai memagut bibir Anna.
Merasa sudah terangsang berat, Anna pun membalas pagutan orang tua itu. Nampaklah kini adegan percumbuan yang panas antara seorang pria tua buruk rupa dengan wanita cantik dari kalangan terhormat. Lidah mereka saling membelit, nafas terdengar memburu, sementara Hendra yang tak jauh dari situ hanya menjadi penonton setia, tanpa terlihat raut kecemburuan dalam dirinya. Hanya saja ia iri melihat Sabeni, orang yang sudah berusia senja, tapi masih punya stamina prima.
Sabeni masih merengkuh leher Anna yang jenjang, ia menjilati leher dan tengkuk serta kedua telinga Anna sementara tangan kanannya meremasi payudara Anna yang kenyal.
"Aaaarrrrggghhhhhh... Ya Tuhan... hmmmmm..." Anna mendesah tak karuan merasakan sensasi kenikmatan yang menderanya.
Sabeni kembali menjialti vagina Anna dan memainkan klitorisnya. Pinggul Anna bergoyang mengikuti irama sapuan lidah Sabeni, ia merasakan jilatan lidah Sabeni semakin menghebat menyapu vaginanya. Anna menggeliat menahan nikmat, goyangan pantatnya semakin tak terkontrol. Anna menjambak rambut gimbal Sabeni dan menekan kepala orang tua itu ke dalam vaginanya, seakan menyuruhnya untuk lebih dalam lagi. Ia sudah tak peduli lagi kalau dirinya adalah wanita dari kalangan kelas atas, yang diinginkannya saat ini hanyalah menuntaskan seluruh gairah liarnya yang selama ini terpendam.
"Ouugghhhhh... terus, Pak... enak... " desah Anna saat lidah Sabeni memainkan klitorisnya. Tubuhnya melengkung ke atas merasakan kenikmatan, bola matanya memutih, nampaknya Anna mengalami orgasme.
"Aaaaarrrrgghhhh... Pak, aku mau pipis..." Anna menceracau menikmati orgasmenya. Saat itulah cairan cintanya yang berwarna bening menyembur dengan deras sehingga mengenai wajah Sabeni, lalu dengan mulutnya Sabeni menyedot cairan cinta itu.
"Sruuuuuuppppptttttt..." suara mulut Sabeni saat menyedot cairan cinta Anna.
Tubuh Anna masih terlihat lemas, nafasnya terengah-engah, namun senyum bahagia tersungging di bibirnya. Baru kali ini ia mendapatkan kenikmatan yang tiada tara, ia betul-betul merasa puas malam ini. Dan sekarang hati Anna menjadi luluh kepada orang tua itu, dari yang di awalnya merasa berat hati, sekarang ia bisa lebih terbuka menerima Sabeni sebagai pejantannya. Harus ia akui Sabeni memang laki-laki hebat yang sudah mengantarkannya terbang ke awan menikmati surga dunia yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya.
Setelah beristirahat sejenak, Sabeni mulai bersiap di depan kemaluan Anna. Dia mengambil posisi diantara kedua kaki Anna, batang penisnya yang mengacung tegak itu telah berada di bibir kemaluan Anna. Melihat hal itu, Anna bergidik ngeri karena melihat betapa besarnya penis orang tua itu. Baru pertama ini Anna melihat batang penis sebesar itu, dibandingkan penis Hendra tidak ada apa-apanya. Sabeni mulai menekan penis ke dalam vagina Anna.
“Auuuugghhhhhhhhh... s-sakiittt..." jerit histeris Anna saat batang penis Sabeni masuk ke dalam liang kewanitaannya.
"Tahan, Non, awalnya ini memang sakit... tapi nanti lama-lama enak, Non." kata Sabeni sambil berusaha keras mendorong penisnya masuk lebih dalam lagi. Sedikit demi sedikit penis itu masuk dan akhirnya mengenai selaput dara Anna. Keperawanan Anna sudah terenggut oleh orang tua itu.
"Aauuggggghhhh... s-ssakit, Pak!!" jerit Anna terdengar begitu keras menahan ngilu yang amat sangat saat penis Sabeni yang sebesar pentungan merobek selaput daranya.
Sementara itu di sebelahnya, Hendra tidak tahan melihat istrinya merintih kesakitan saat diperawani oleh Sabeni, wajah Anna terlihat memerah seperti kepiting rebus karena menahan sakit yang luar biasa. Darah keperawanannya keluar melalui celah-celah vaginanya dan mengenai batang penis Sabeni. Akhirnya dengan usaha yang keras, batang penis itu telah mentok mengenai rahim Anna. Namun batang penis itu tidak bisa masuk keseluruhan karena ukurannya yang panjang, kira-kira hanya tiga perempatnya saja yang masuk ke dalam vagina Anna yang mungil dan masih sempit itu.
Sejenak Sabeni mendiamkan batang penisnya di dalam vagina Anna, ini dilakukannya agar vagina Anna menyesuaikan dengan batang penisnya yang besar. Sambil merem melek Sabeni menikmati kehangatan memek Anna dan juga pijitan-pijitan dinding kemaluan Anna yang seakan-akan meremas-remas batang penisnya. Sabeni mengerang penuh kenikmatan.
"Aaaarrrrggghhhh.. legit sekali memekmu, Non." kata kata Sabeni yang terdengar vulgar, sedikit pun dia tidak merasa sungkan pada Hendra karena nafsunyalah ia jadi seperti itu.
Kemudian orang tua itu menarik keluar batang penisnya secara perlahan dan memasukannya lagi secara perlahan pula. Itu dilakukannya berulang-ulang hingga lama kelamaan gerakannya semakin cepat, dan mulailah sekarang Sabeni menggenjot memek Anna dengan tempo yang semakin meningkat.
"Aakhh... aakhh... aakhh... aakhh..." desah Anna saat vaginanya digenjot oleh Sabeni dengan cepat. Rasa sakit yang dirasakannya di awal tadi sudah berganti dengan kenikmatan.
Sementara itu Sabeni sambil menggenjot vagina Anna, kedua tangannya meremas-remas kedua bukit kembar Anna yang kenyal. Sesekali ia mencium bibir Anna dan memagutnya dengan mesra. Anna pun membalas pagutan Sabeni dengan liarnya. Lalu Sabeni juga mengenyoti payudara Anna yang montok secara bergantian. Anna semakin mendesah tak karuan, libidonya sudah tak terkendali lagi. Anna seorang wanita terhormat dari kalangan kelas atas itu kini takluk oleh orang tua seperti Sabeni.
"Aaaaaaarrrrrgggggghhhhhhhhhhhhhhh... aku keluarrrrr!!" jerit Anna saat mencapai klimaks.
Anna sudah orgasme untuk yang kedua kali,sementara ia melihat Sabeni masih begitu perkasa, belum ada tanda-tanda kalau orang tua itu akan orgasme. Baru kali ini ia menikmati persetubuhan yang begitu nikmat. Tubuh keduanya telah basah oleh keringat.
"Kita ganti gaya ya, Non!" kata Sabeni meminta Anna untuk bangun dan berganti gaya.
Kini dengan posisi dogystyle Anna membelakangi Sabeni, kedua tangannya berpegangan pada sandaran ranjang. Sementara itu di belakangnya, Sabeni memasukkan lagi batang penisnya ke dalam liang kewanitaan Anna. Dengan perlahan ia mulai menggenjot vagina Anna, kedua tangannya memegangi kedua bongkahan pantat Anna yang sekal, padat serta membulat besar itu.
"Plok... plok... plok... plok... plok.." terdengar suara saat Sabeni menggenjot memek Anna, sambil sesekali orang tua itu menampari pantat Anna yang sekal.
"Ouuughhh.. nikmat sekali memekmu, Non. Pantat Non juga bikin gemes.." Sabeni menceracau merasakan kenikmatan menyetubuhi Anna.
"Akhh... akhh... akhh... akhh... oh Ya Tuhan... hmmmm.." suara desahan Anna terdengar keras
Tangan kanan Sabeni menjambak rambut Anna sementara tangan kirinya menampari pantat Anna sampai meninggalkan bekas merah di pantat Anna yang sekal itu, lalu ditariknya rambut Anna, membuat Anna menoleh ke belakang. Sambil menggenjot vagina Anna, Sabeni memagut bibir Anna begitu lama. Sabeni semakin mempercepat genjotannya hingga membuat Anna menceracau tak karuan, bola matanya memutih, Anna telah mencapai klimaks.
"Aaaaaaaaaaaaaarrrrrggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhh... Paaakkkkk...!!!" jeritan Anna yang terdengar begitu panjang saat orgasmenya yang ketiga, nafasnya sampai tersengal-sengal. Sementara itu Sabeni menghentikan genjotannya, memberi kesempatan kepada Anna untuk bernafas.
Hendra yang dari awal tadi menyaksikan persetubuhan itu nampak sudah tertidur. Tak terasa sudah hampir dua jam lamanya mereka bersetubuh, namun belum juga ada tanda-tanda terutama Sabeni yang mempunyai daya tahan yang lebih lama, Anna salut dengan keperkasaan orang tua itu. Ia jadi bertanya-tanya apakah saat Marni tidak bisa bangun dari tempat tidur itu juga karena habis digenjot Sabeni semaleman.
Lalu orang tua itu tidur terlentang dan meminta Anna untuk menduduki batang penisnya yang masih berdiri tegak seperti tugu daging. Sabeni menginginkan posisi woman on top. Dengan posisi menghadap Sabeni, Anna menduduki batang penis orang tua itu, pelan-pelan ia memasukkan penis orang tua itu ke dalam liang kewanitaannya. Setelah mentok mengenai rahimnya, Anna mendiamkannya sejenak.
"Aaakkkkkkhhhh..." desah Anna saat menduduki penis Sabeni.
"Goyang dikit, Non..." Sabeni meminta pada Anna untuk menggoyangkan pantatnya, gerakannya memutar pelan-pelan.
"Aakkkhhh.." Sabeni mengerang penuh kenikmatan saat penisnya digoyang oleh Anna
Kemudian Anna menaikkan pantatnya, lalu menurunkannya lagi; gerakannya berulang-ulang, semakin lama semakin cepat. Anna kini menjadi wanita yang binal, seorang wanita kelas atas yang tadinya alim menjadi binal karena gairahnya yang menggebu-gebu dan semua itu karena kelihaian Sabeni yang bisa membangkitkan gairah liar Anna yang terpendam. Sementara Anna masih dengan gerakan naik turunnya, kedua tangan Sabeni meremas dan menciumi serta mengenyoti payudara Anna yang montok itu.
"Aakkhhhhh... ouuughhhh..." suara desahan Anna yang memenuhi kamarnya.
Hingga suatu ketika Anna merasakan orgasmenya akan datang lagi.
"Aaaaaaaaaaaakkkkkkkkhhhhhhhh......enak Paaaakkk..." teriak Anna yang terdengar keras. Gerakan naik turunnya berhenti, ia masih menikmati sisa-sisa orgasmenya dengan nafas yang tersengal-sengal, dilihatnya Sabeni yang masih belum ada tanda akan datang orgasme.
"Gila ini orang tua.. aku udah berkali-kali basah, ia masih aja belum apa-apa.. hmm," gumam Anna dalam hati
Kini ganti Sabeni yang memompa vagina Anna dari bawah, dipeluknya tubuh Anna erat hingga kedua payudara Anna yang montok itu menutupi wajahnya, lalu dengan gerakan pompaannya semakin lama menjadi semakin cepat, membuat tubuh Anna terguncang-guncang di atasnya.
"Aakkhh... aakkkhhhh.." suara keduanya yang terdengar hampir bersamaan
"Aaaaaaaaaarrrrgggggggghhhhh... grrrrhhhhhh.. aku keluar, Non!!" geram Sabeni saat mencapai puncak. Spermanya terasa menyembur dengan derasnya mengisi rahim Anna. Tapi karena terlalu banyak hingga meluber, keluar melalui celah-celah dinding vagina Anna. Nampak cairan putih kental yang telah bercampur dengan darah keperawanan Anna.
"Aaaaaakkkhhhhhhhhhhhhhhhhh... aku juga, Pak..." teriak Anna yang juga sama-sama mencapai puncak, namun yang datang kali ini adalah multi orgasme. Kedua bola mata Anna memutih, tubuhnya meliuk ke atas hingga akhirnya tubuhnya ambruk menindih Sabeni.
Nafas keduanya terdengar memburu, menikmati sisa-sisa orgasme mereka. Tubuh Anna terasa sangat lemas, keringat bercucuran pada tubuh mereka. Sabeni tampak begitu puas, senyum sumringah tersungging di bibirnya.
"Bapak betul-betul hebat, tulang-tulangku seperti dilolosi..." kata Anna memuji Sabeni.
"Non Anna juga hebat, baru kali ini bapak nemuin lawan tangguh. Ternyata Non Anna lebih binal dari yang saya bayangkan," kata Sabeni yang juga memuji ketahanan Anna.
Keduanya sempat terlibat percakapan dengan suara pelan. Sambil bercakap-cakap, jari Anna bermain di dada Sabeni. Sementara tangan Sabeni membelai rambut Anna dengan lembutnya, sudah seperti pasangan suami istri saja kedua orang itu. Sudah tidak ada lagi perasaan yang membatasi keduanya, terutama Anna; dari yang sebelumnya menolak, sekarang malah seperti ketagihan. Keduanya nampak begitu kelelahan akibat bercinta selama hampir semalaman, persetubuhan malam itu benar-benar menguras tenaga, baik Sabeni maupun Anna sendiri.
Akhirnya mereka tertidur dalam posisi masih saling berpelukan dengan tubuh Anna berada di atas tubuh Sabeni dan batang penis Sabeni masih menancap di liang vagina wanita cantik itu. Tak terasa sudah hampir empat jam lamanya mereka bersenggama.
Hingga pagi datang, keduanya masih tertidur pulas, masih dengan posisi Anna di atas tubuh Sabeni, dengan penis yang menancap di vagina Anna. Saat itu Hendra sudah terbangun dari tadi dan kini ia bersiap-siap akan berangkat kerja.
"Aku berangkat dulu ya, sayang.." kata Hendra yang membisik di telinga Anna, kemudian ia mengecup kening istrinya yang cantik itu lalu pergi meninggalkan mereka berdua yang masih tertidur.
Hendra merasa lega karena sudah bisa memberikan kebahagiaan kepada Anna bebannya yang dulu terasa berat, kini sudah berkurang. Hendra sangat berharap hubungan keduanya akan membuahkan hasil, betapa senangnya Hendra kalau keinginannya itu terkabul. Ia masih ingat tadi malam saat istrinya yang cantik itu diperawani oleh orang tua seburuk Pak Sabeni. Ia sangat menaruh harapan kepada orang tua itu. Yah itulah keinginan gila Hendra.
Selanjutnya tunggu episode berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.