Kamis, 27 Oktober 2016

Kisah di sebuah sekolah 1

Sugino menghirup nafasnya dalam-dalam. Udara kebebasan setelah hampir 3 bulan ini dia dipenjara. Sebenarnya dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, dia hanya berada ditempat dan waktu yang salah saja.

Berawal dari kejadian 3 bulan yang lalu. Gino adalah seorang suami dari seorang wanita bernama Widya dan ayah dari 2 orang anak laki-laki. Gino bekerja sebagai seorang guru olahraga disebuah SMA favorit dikota ini. Dia sudah bekerja disana hampir selama 15 tahun. Selama itu Gino sering mendapati siswi-siswi yang cantik jelita dan berbodi aduhai. Tapi Gino tak pernah berpikir macam-macam kepada murid-muridnya itu karena memang sedari kecil dia diajarkan untuk menjadi orang yang baik. Apalagi Gino termasuk tipe suami yang setia kepada istri karena sudah memiliki istri yang menurutnya sangat cantik untuk ukuran pria seperti dirinya. Gino merasa beruntung karena bisa memiliki istri secantik Widya dan bisa bekerja di SMA favorit itu.

Tapi rupanya hari itu nasib Gino berubah. Kesialannya berawal dari ketika dia sedang menuju ke toilet khusus guru setelah mengajar olahraga. Tak ada firasat buruk dari Gino pada awalnya, tapi tiba-tiba begitu dia sampai dipintu toilet dan baru saja mau masuk, terdengar teriakan dari toilet sebelah yang merupakan toilet untuk perempuan. Setelah berteriak orang yang ada didalamnya langsung keluar, ternyata itu adalah salah satu siswinya yang tadi dia ajar olahraga. Siswinya yang bernama Ella itu terkejut melihat Gino ada disitu, Ginopun juga terkejut melihat Ella.

“Ella, kok kamu ditoilet guru? Terus kenapa kamu teriak-teriak?”

Belum sempat Ella menjawab tiba-tiba berdatangan guru-guru dan siswa-siswa lain yang mendengar teriakan Ella. Mereka bertanya-tanya apa yang terjadi apalagi melihat Ella dan Gino disitu.

“Ada apa ini?” tanya pak Bowo sang kepala sekolah yang juga sudah ada disitu.
“Aa, ada kamera didalam toilet pak” jawab Ella terbata-bata.
“Kamera? Pak satpam, tolong dilihat” perintah pak Bowo kepada satpam yang juga sudah ada disitu.
“Baik pak” satpam itu langsung masuk ke toilet yang ditunjuk Ella, dan tak lama kemudian dia membawa sebuah kamera kecil yang dia ambil didalamnya.
“Ini pak kameranya” si satpam menyerahkan kamera itu kepada pak Bowo.
“Brengsek, siapa yang berani-berani memasang kamera ditoilet cewek gini?” geram sang kepala sekolah.

Dan entah kenapa tiba-tiba semua orang langsung menatap curiga kepada Gino. Gino tentu saja terkejut karena merasa dituduh dengan tatapan itu.

“Kenapa kalian ngeliat ke saya? Kamera itu bukan milik saya” bantah Gino meskipun belum ada yang menanyakannya.
“Terus kenapa pak Gino panik gitu? Ngapain juga pak Gino ada disini?” tanya pak Bowo.
“Ya mau buang air lah pak. Gimana saya nggak panik kalo kalian semua ngeliat saya kayak gitu?”
“Udah, kita bicarain ini diruangan saya. Murid-murid silahkan kembali kekelas. Pak satpam, tolong bawa pak Gino”

Akhirnya Ginopun dibawa oleh satpam keruangan kepala sekolah. Kerumunan yang melihat itupun bubar, tapi mereka langsung bergosip kalo pak Ginolah yang telah memasang kamera itu. Guru-guru perempuan disitu pun langsung menatap pak Gino dengan sinis, mereka takut jangan-jangan Gino sudah lama memasang kamera itu dan menjadi salah satu orang yang terekam sedang melakukan aktivitas didalam toilet. Sampai diruangan kepala sekolah, Gino disuruh duduk. Selain dia, pak Bowo dan satpam, ada beberapa guru disitu.

“Pak Gino maksudnya apa ini masang-masang beginian ditoilet wanita?”
“Udah saya bilang pak, itu bukan punya saya. Saya nggak tau apa-apa. Saya tadi cuma kebetulan mau ketoilet terus denger teriakan itu”
“Udahlah, pak Gino nggak usah nyangkal, pasti pak Gino kesitu karena mau liat hasil rekamannya kan? Mumpung guru-guru yang lain lagi pada ngajar?” bu Farah yang merupakan guru BK ikut-ikutan menginterogasi Gino.
“Sumpah bu saya bener-bener nggak tau apa-apa, barang itu bukan punya saya”
“Pak Gino, kalo bapak mengakuinya, kami nggak akan lapor kepolisi, paling saya cuma merekomendasikan supaya bapak dipindahkan ke sekolah lain dikota lain. Tapi kalo masih tetep nyangkal juga, saya terpaksa lapor polisi pak” ancam pak Bowo.
“Pak, saya harus gimana biar kalian percaya? Saya berani sumpah itu bukan milik saya”

Pak Bowo sudah tak sabar lagi, dia memerintahkan salah seorang guru untuk menelpon kantor polisi. Gino hanya bisa terdiam dicecar pertanyaan dari rekan-rekan gurunya yang lain. Guru lelaki mencibir kelakuannya, sementara yang perempuan lebih kasar lagi mengatainya sebagai guru cabul, penjahat kelamin. Gino emosi, ingin marah tapi dia takut akan memperkeruh suasana. Tak lama berselang 4 orang polisi datang. Setelah mendengar laporan dari pak Bowo, keempat polisi inipun menggelandang Gino menuju mobil untuk dibawa kekantor polisi. Sepanjang koridor Gino mendapat sorakan dari murid-muridnya, terutama para siswa yang mengatainya dengan kasar. Wajah Gino sampai merah padam menahan amarahnya.

Akhirnya Gino sampai dikantor polisi, dan langsung diinterogasi oleh keempat polisi itu. Tentu saja dia tidak mengakui karena barang itu bukan miliknya. Setelah hampir 1 jam diperiksa akhirnya Gino dijebloskan ke sel. Kabar dipenjaranya Gino menyebar dengan cepat, dan terdengar oleh istrinya, juga tetangga-tetangganya. Widya yang sangat malu mendengar kabar itu tanpa menanyakan dulu kebenarannya ke Gino dia langsung membawa anak-anaknya untuk pulang kerumah orang tuanya.

Disana Widya mendapat saran dari keluarganya agar menceraikan Gino saja karena lelaki itu dianggap tak pantas lagi menjadi suami Widya. Apalagi keluarga Widya adalah keluarga terpandang dan dikenal cukup religius dikota itu. Karena saking malunya, Widyapun menerima saran itu dan langsung melayangkan gugatan cerai. Proses perceraian mereka bisa dibilang singkat. Gino sebenarnya tak rela berpisah dengan istrinya, tapi tak bisa berbuat apa-apa karena keluarga istrinya sudah bulat menginginkan mereka berpisah.

Hal itu tentu saja membuat Gino semakin frustasi. Dalam kondisi seperti ini dia berharap mendapat dukungan dari keluarganya, tapi justru istrinya menuntut cerai dan membawa anak-anaknya juga. Widya bahkan meminta Gino untuk tidak menemuinya lagi dan anak-anaknya. Hati Gino benar-benar hancur. Perasaan cintanya kepada Widya luntur seketika, berganti menjadi dendam.

Selama berada didalam penjara, beberapa kali Gino mengalami penyiksaan saat diinterogasi karena tidak pernah mau mengaku. Sampai akhirnya beberapa hari lalu seorang pengacara yang ditunjuk untuk menjadi pengacaranya bisa membuktikan kalo Gino benar-benar tidak bersalah. Setelah melalui berbagai proses administrasi yang rumit akhirnya Gino dibebaskan dari penjara. Karena sekarang namanya sudah terlanjur buruk, Gino meminta kepada pengacaranya agar mendesak pihak kepolisian dan sekolah tempatnya mengajar menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Kepolisian menyanggupi dan menyampaikan permintaan maaf itu bahkan sampai dimuat dikoran lokal, tapi pihak sekolah tidak mau melakukannya.

Sekarang Gino hanyalah seorang pengangguran setelah dipecat oleh sekolahnya. Dia juga sudah bercerai dari istrinya. Hidupnya benar-benar merana. Tapi didalam hatinya dia menyimpan dendam kesumat kepada beberapa orang. Diantara mereka adalah kepala sekolah tempatnya mengajar, guru-guru yang menghinanya dengan kata-kata kasar, polisi-polisi yang menangkap dan menyiksanya selama didalam penjara, dan tentu saja kepada Ella, yang menjadi sumber dari semua masalah ini. Tapi sebenarnya Gino masih penasaran, siapa sebenarnya pemilik kamera yang membuatnya harus menderita seperti ini. Dia berniat untuk mencari tahunya, dan membuat perhitungan dengan orang itu yang telah membuat hidupnya sengsara.

+++

Hampir selama 2 bulan ini kerjaan Gino tidak jelas. Dia sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi karena reputasinya yang sudah terlanjur dianggap buruk, dan umurnya yang hampir kepala 4 itu membuatnya sulit mendapat pekerjaan yang layak. Beruntung dia masih memiliki tabungan yang cukup banyak, selain itu Widya dan keluarganya juga memberikannya yang dalam jumlah besar sebagai syarat agar mau cerai dengan istrinya itu. Selama 2 bulan ini dia juga masih mencari tahu siapa pemilik kamera yang menyengsarakan hidupnya itu. Hampir setiap malam Gino diam-diam menyelinap kedalam sekolah, siapa tau ada lagi kamera yang terpasang dan pemiliknya ingin mengambilnya, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda itu.

Selain itu, Gino juga sudah mencari tahu tentang para polisi yang sering menyiksanya dulu. Dia sudah tahu nama, latar belakang, sampai keluarga-keluarganya. Satu hal yang membuat Gino tertarik adalah dari keempat polisi itu, 3 orang yang memang masih muda mempunyai istri yang cantik-cantik, sedangkan yang sudah senior memiliki anak gadis cantik yang sekarang masih kuliah. Dia berencana untuk membalas dendam dengan memanfaatkan anak dan istri polisi-polisi itu, meskipun agak berat karena ada yang berstatus polwan juga. Selain itu Gino juga sudah beberapa kali membuntuti Ella, siswi yang membuatnya menjadi seperti ini. Dia sudah tahu dimana tempat tinggalnya dan juga kebiasaan-kebiasaan Ella. Gino berencana untuk membuat perhitungan kepada Ella terlebih dahulu.

Hari ini Gino terdiam dirumahnya. Dia sedang menulis dibuku catatannya. Dia menulis tahap-tahap rencana yang akan dia lakukan mulai beberapa hari kedepan. Dia tahu harus melakukan itu dengan hati-hati, agar tidak sampai lengah dan malah akan memasukannya lagi kepenjara untuk kedua kalinya. Gino sudah berpikir matang-matang beberapa hari terakhir ini, dia sudah mantap melakukan rencananya. Dia juga sudah mempersiapkan semuanya, obat tidur, obat perangsang, dan sebuah kamera yang baru dia beli. Dia sudah dituduh merekam rekan-rekannya secara diam-diam, dan sekarang dia akan membalasnya dengan merekam semua yang menjadi targetnya dengan terang-terangan, setelah itu memaksa mereka untuk menjadi budaknya, dan juga sumber pundi-pundi uang untuk dirinya.

“Kalian semua udah bikin aku kehilangan semuanya, sekarang aku mau minta ganti ke kalian, dengan caraku, dengan keinginanku, hahaha”
“Setelah menilai hasil ujian pada semua peserta, maka dengan ini pihak sekolah telah memutuskan bahwa yang akan mewakili sekolah kita dalam lomba cerdas cermat tingkat kabupaten adalah, Pamella Damayanti”

Prok prok prok prok
Suara riuh tepuk tangan para siswa di aula SMA itu bergemuruh saat pak Bowo mengumumkan siapa yang akan mewakili sekolahnya dalam lomba cerdas cermat. Pamella, atau sering dipanggil Ella, langsung mendapat ucapan selamat dari teman-temannya. Meskipun mereka kecewa tidak terpilih, tapi karena yang terpilih adalah Ella mereka maklum saja, karena siswi kelas 2 itu memang dikenal sangat cerdas dan sejak SMP sudah sering mewakili sekolahnya diberbagai lomba bahkan sampai tingkat nasional. Beberapa gurupun juga menyalami Ella memberinya selamat dan juga berpesan untuk tetap fokus dengan belajarnya, karena pada lomba nanti pasti akan banyak pesaing yang hebat-hebat, terutama dari sekolah internasional yang terkenal memiliki siswa-siswi sangat pintar.

Setelah pengumuman itu pak Bowopun mempersilahkan semua peserta dan juga guru-guru untuk meninggalkan aula. Dia memanggil Ella dan beberapa orang guru untuk berkumpul diruangannya. Disana, pak Bowo memberikan tugas kepada guru-guru itu untuk meluangkan waktu lebih banyak agar bisa membimbing Ella, agar dilomba nanti paling tidak bisa meraih 3 besar, syarat untuk mewakili kabupaten ke tingkat propinsi. Ada 3 orang guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah yaitu pak Boni guru matematika, bu Erny guru Fisika dan bu Farah guru BK. Pak Boni dan bu Erny ditunjuk karena dari semua mata pelajaran, hanya 2 mata pelajaran itu yang nilai Ella dianggap kurang, meskipun sebenarnya sudah lebih tinggi ketimbang teman-teman disekolahnya. Sedangkan bu Farah ditunjuk untuk mendampingi Ella selama masa belajarnya, agar jika ada keluhan yang mengganggu Ella bisa segera dibantu oleh bu Farah. Terlebih lagi bu Farah adalah tantenya Ella sendiri.

Ketiga guru itu menyanggupi tugas dari kepala sekolah karena memang mereka memiliki cukup banyak waktu luang. Ella sendiri cukup senang mendapat pembimbing ketiga guru itu karena sudah cukup mengenal baik mereka, dan Ella merasa cocok dengan metode yang digunakan oleh guru-gurunya itu. Apalagi ketiga guru ini masih muda, belum ada yang berusia lebih dari 30 tahun, jadi kalo ngobrol dengannya masih bisa nyambung. Akhirnya setelah meninggalkan ruangan kepala sekolah, mereka berempat menuju keruang guru untuk membicarakan jadwal selanjutnya. Maka disepakatilah setiap hari akan ada tambahan belajar bagi Ella selama 1 jam. Hari senin, rabu dan jumat Ella mendapat bimbingan dari pak Boni untuk belajar matematika, hari selasa, kamis dan sabtu bimbingan dari bu Erny. Sedangkan bu Farah setiap hari akan ikut mendampingi Ella sekaligus memantau perkembangan belajar murid kesayangannya itu.

Sudah seminggu ini Ella menjalani rutinitas tambahannya. Dia merasa cukup senang karena guru-gurunya dengan sabar membimbingnya. Pak Boni dan bu Erny memang cukup menyenangkan waktu mengajar Ella. Karena itulah semua yang diajarkan oleh mereka berdua bisa dengan mudah dimengerti oleh Ella. Sementara itu bu Farah yang setiap hari menemani Ellapun ikut senang. Setiap hati dia melaporkan hasil belajar Ella itu kepada pak Bowo, yang cukup puas dengan hasil bimbingan Ella. Dia sangat yakin siswinya itu bisa mengharumkan nama sekolahnya ditingkat kabupaten, dan kalo lolos ditingkat propinsi nantinya.

Hari ini hari sabtu. Sebenarnya di sekolah Ella tidak ada pelajaran dihari sabtu. Mereka hanya mengikuti kegiatan ekstakurikuler saja. Dan hal itu dimanfaatkan Ella untuk meminta bu Erny mengajarnya lebih lama dari biasanya. Kebetulan sekali bu Erny memang tidak acara lagi hari ini jadi bersedia untuk menambah jam bimbingannya kepada Ella. Bu Erny merasa perkembangan Ella sudah sangat baik. Dia sampai mengajarkan apa yang ada diluar materi untuk menambah pengetahuan Ella, dan disambut sangat antusias oleh muridnya itu. Sedangkan bu Farah yang terus mendampingi Ellapun justru senang dengan inisiatif Ella yang meminta tambahan jam.

Tak terasa suasana sekolah hari itu sudah cukup sepi karena murid-murid yang lain sudah pulang. Guru-guru yang menjadi penanggung jawab ekstrakurikuler juga sebagian sudah ada yang pulang. Tapi diruangan BK yang digunakan untuk bimbingan Ella, dia dan kedua gurunya masih berada disitu. Lebih dari satu jam kemudian barulah bimbingan itu berakhir.

“Nah untuk hari ini cukup segini dulu aja ya El? Besok selasa kita lanjut lagi”
“Iya bu. Makasih banget ibu udah mau ngeluangin waktu buat ngebimbing Ella”
“Iya sama-sama, kalo kamu sukses kan nanti ibu juga yang seneng. Yaudah kalo gitu ibu pulang dulu ya. Bu Farah, saya pulang dulu ya”
“Oh iya bu Erny, hati-hati dijalan”

“Tante mau pulang bareng Ella nggak?” tanya Ella setelah bu Erny beranjak dari ruangan itu. Jika tidak ada orang lain, Ella memang selalu memanggil bu Farah dengan sebutan tante.
“Enggak El, tante nanti dulu aja. Ini mau keruangan pak Bowo dulu, ngelaporin hasil belajar kamu”
“Emang lapornya harus tiap hari ya tan?”
“Nggak harus sih, cuma tante males ribet aja kalo dirapel. Lagian cuma bentar kok. Kamu duluan aja kalo buru-buru”
“Yaudah deh tan, Ella pulang duluan ya”
“Iya hati-hati ya. Salam buat papa mama”
“Lha kan papa sama mama lagi ke semarang ke rumah eyang”
“Oh iya ya, haha tante lupa. Yaudah yang penting kamu hati-hati bawa mobilnya”
“Iya tan”

Kemudian Ellapun meninggalkan ruangan itu menuju ke parkiran. Sebenarnya sekolah ini melarang siswanya untuk membawa mobil, tapi karena hari ini orang tua Ella sedang keluar kota, dia meminta ijin kepada pak Bowo untuk membawa mobil dan diijinkan oleh kepala sekolahnya itu, lagipula ini hari sabtu, kalo hari lain mungkin lebih sulit mendapat ijinnya.

Ella hari ini memakai seragam putih abu-abunya. Sebuah kemeja putih yang tidak ketat dan rok abu-abu panjang serta dasi berwarna abu-abu. Sekolahnya memang melarang para siswanya untuk berpakaian terlalu ketat. Mereka punya aturan yang ketat untuk masalah seragam, jika ada yang melanggar maka teguran keras langsung diberikan, dan juga orang tua mereka dipanggil ke sekolah. Sudah ada beberapa teman Ella yang menjadi korbannya karena mencoba untuk melanggar agar tahu hukuman apa yang diberikan. Setelah itupun akhirnya mereka kapok dan memilih untuk mengikuti aturan itu.

Ella yang tergabung dalam ekstrakurikuler sastra mulai minggu kemarin memang sudah mendapat dispensasi sejak ditunjuk menjadi wakil sekolahnya. Mereka ingin agar Ella lebih fokus ke lomba itu agar dapat mengharumkan nama sekolahnya.

Karena hari ini Ella sedang tidak ada janji sehingga dia tidak buru-buru memacu mobilnya. Beruntung hari ini jalanan tidak begitu macet sehingga perjalanannya pulang yang cukup jauh itu lancar-lancar saja. Sampai saat dia masuk ke sebuah jalanan yang sepi, dimana kiri dan kanannya terbentang sawah yang pucuk padinya mulai menguning. Ella memang lebih senang lewat jalan itu karena jika lewat jalan raya hanya melihat bangunan-bangunan yang membuatnya penat.

Baru sekitar 2 kilometer dia dikejutkan oleh sebuah motor yang menyalipnya. Pengendara motor itu terlihat sembrono hingga menyerempet bagian depan mobil Ella dan langsung jatuh. Ella yang kaget langsung menginjak remnya. Dia melihat pengendara motor itu masih terduduk didekat motornya yang ambruk. Ella sangat ketakutan saat itu, reflek dia keluar dari mobilnya dan menghampiri pengendara motor itu. Pengendara motor itu memakai helm dan masker sehingga dia tidak dapat mengenalinya, tapi terlihat cukup kesakitan.

“Hmm, pak, bapak nggak papa?” tanya Ella panik. Pengendara motor itu hanya mengangguk saja tanpa bicara apa-apa. Ella jadi bingung sendiri. Dilihatnya tak jauh dari situ ada sebuah rumah, dia berniat membawa pengendara motor yang jatuh itu kesana.
“Pak, bapak bisa berdiri nggak? Kita kerumah itu aja dulu ya pak?” tanya Ella sambil menunjuk rumah yang dia maksud, tapi lelaki itu malah menggelengkan kepalanya. Ella jadi semakin bingung, dia mengambil HPnya berniat menghubungi tantenya yang masih disekolah.

“Hmmmppphhhhhh” belum sempat dia menelpon bu Farah tiba-tiba lelaki pengendara motor itu membekap wajah Ella dengan sebuah sapu tangan. Ella yang tidak siap kelabakan sendiri, tapi kemudian dia mencium bau menyengat dari sapu tangan itu, dan tak lama kemudian dia hilang kesadaran.

“Hehehe, apa kabar kamu Ella? Makin cantik aja sepertinya? Sekarang kamu ikut bapak ya, hehe” lelaki itu membuka maskernya setelah Ella pingsan. Ternyata dia adalah Gino. Gino mengangkat tubuh Ella dan memasukannya ke mobil. Setelah itu Gino membawa motornya kerumah yang tadi ditunjuk oleh Ella, yang sebenarnya itu adalah rumah yang baru dia beli dari hasil pemberian mantan istrinya. Setelah itu dia kembali dan mengemudikan mobil Ella menuju rumahnya itu. Dia memarkirkan mobil itu lalu menggendong Ella masuk kedalam rumah.

Rumah yang terletak ditengah-tengah sawah itu benar-benar cuma satu-satunya. Tetangga terdekatnya berjarak hampir 1 kilometer jauhnya, karena itulah Gino merasa aman melakukan aksinya dirumah ini. Apalagi jalan depan rumahnya itu termasuk jarang dilewati. Petani yang menggarap sawah-sawah disekitar rumahya itu juga sudah pulang jam segini, maka semakin amanlah bagi Gino.

Gino membawa tubuh pingsan Ella kekamar yang sudah disiapkan. Setelah itu dia keluar untuk mengunci pintu rumahnya, lalu kembali ke kamar itu. Gino kemudian memastikan kamera yang dia pasang dikamar itu berfungsi baik dan bisa merekam semua yang akan terjadi nanti. Setelah itu dia mengambil 1 lagi kamera untuk merekam Ella dari dekat. Gino mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk semua rencananya itu, hingga tabungan dan uang pemberian mantan istrinya tinggal sedikit lagi. Tapi dia sudah bisa melihat sumber uangnya nanti dan makin tersenyum lebar karena itu.

Setelah memastikan semua beres dia duduk dipinggiran ranjang sambil membelai wajah Ella yang terlihat manis. Gino tersenyum sendiri membayangkan apa yang akan dia lakukan nanti. Karena sudah penasaran dengan tubuh ranum mantan muridnya yang bulan lalu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 17 itu, Gino langsung membuka satu persatu kancing seragam Ella. Dia kemudian membuka dan melepaskan kemeja itu. Didalamnya tubuh Ella masih memakai sebuah tanktop berwarna putih. Tanktop itupun tak bertahan lama karena Gino langsung menariknya lepas. Terlihatlah buah dada Ella yang tidak begitu besar namun terlihat ranum itu dibalik behanya.

Tak berhenti disitu tangan Gino lalu melucuti rok panjang seragam Ella, sehingga kini Ella hanya tinggal memakai beha dan celana dalamnya saja. Tubuhnya begitu putih mulus dan ramping. Ukuran buah dadanya pas dengan tubuhnya, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Pinggulnya melebar sempurna dibawah pinggangnya yang ramping. Kedua kakinya jenjang, benar-benar indah. Jakun Gino naik turun melihat tubuh nyaris telanjang mantan muridnya itu. Sebelumnya tidak pernah dia membayangkan akan seperti ini, tapi dendamnya telah merubah dirinya.

Gino sempat mengambil beberapa foto Ella dalam kondisi telanjang itu. Setelah puas Gino mendekatkan wajahnya ke wajah Ella, dia kecup-kecup bibir muridnya yang masih terbaring tak sadarkan diri itu. Tak puas hanya bibir Gino mulai menjilati wajah mantan muridnya yang memang selama ini jarang memakai make up itu karena memang sudah cantik alami dengan wajah yang putih merona. Wajah Ella sampai terlihat basah oleh jilatan Gino, tak sejengkalpun dilewatkan oleh lelaki itu.

Setelah puas dengan wajah Ella, bibir Gino mulai turun kearah lehernya. Gino semakin bernafsu melihat kulit leher gadis itu yang putih mulus tanpa cacat. Lidah Gino kemudian kembali menjilati setiap jengkal leher Ella. Beberapa saat kemudian Gino menghentikan seranganna. Dia beralih ke buah dada Ella. Gino membuka beha Ella dan membuangnya ke tumpukan seragam yang tadi sudah dilepaskan oleh Gino. Mata lelaki itu berbinar-binar melihat buah dada mantan muridnya yang begitu ranum itu. Tangan Gino tak sabar untuk menjamahnya. Terasa padat dan kenyal, sekal sekali. Meskipun ukurannya tidak begitu besar tapi bentuknya membulat sempurna. Permukaannya yang putih sampai-sampai terlihat beberapa urat-urat disekitar buah dadanya. Dihiasi sepasang puting mungil yang berwarna coklat muda, benar-benar indah.

Gino sudah semakin tak tahan. Dia langsung mencaplok kedua payudara Ella yang masih ranum itu. Selama ini hanya pacarnya saja yang pernah menikmati sepasang payudara indah itu, dan kini bekas gurunya yang dikeluarkan karena berawal dari teriakannya, ikut-ikutan menikmati meskipun dalam keadaan dirinya tidak sadar. Gino begitu bernafsu melumat habis buah dada Ella, dia bahkan meninggalkan beberapa bekas cupangan disana. Sejak masuk penjara sampai sekarang, terhitung sudah 5 bulan Gino tak pernah lagi menyalurkan nafsu birahinya, karena itulah melihat seorang gadis cantik telanjang dada seperti Ella membuatnya tak bisa menahan diri.

Kedua payudara Ellapun kini sudah basah oleh kelakuan lidah Gino. Lelaki itu betah sekali bermain dengan sepasang bukit kembar Ella. Dia menghisap-hisap puting mantan muridnya itu penuh nafsu, bahkan kadang sampai menggigit saking gemasnya. Kalo dalam kondisi sadar mungkin Ella sudah menjerit-jerit karena sebelumnya tidak pernah diperlakukan sekasar itu oleh pacarnya.

Setelah beberapa menit bermain dibuah dada Ella, mulut Gino bergerak turun menyusuri perut Ella yang ramping. Sekali lagi lidah Gino dengan penuh nafsu menjelajahi setiap jengkal kulit mulus Ella. Sampai pada akhirnya dia sampai dipinggiran karet celana dalam Ella. Dengan tak sabar dia tarik turun celana dalam itu dan membuangnya begitu saja. Kini terlihatlah kemaluan gadis muda itu yang bersih tanpa ditumbuhi bulu karena baru saja kemarin dicukurnya.

Nafsu Gino makin tak tertahankan. Aroma dari pangkal kemaluan Ella seperti mengundangnya untuk mencicipi. Ginopun langsung menjulurkan lidahnya kesana, dia jilati bibir vagina yang masih sangat sempit itu. Beberapa saat menjilati bibir vagina gadis itu Gino merasa kalo tubuh Ella sedikit menggeliat, mungkin sebentar lagi gadis itu akan tersadar. Karena itulah Gino menghentikan jilatannya. Dia kemudian menelanjangi dirinya sendiri, hingga terlihatlah penis hitamnya yang sudah berdiri tegak mengacung.

Gino membuka lebar kedua kaki Ella dan menekuknya hingga membentuk huruf M. Setelah itu dia dekatkan kepala penisnya ke bibir vagina Ella yang terlihat masih sempit itu. Ella memang belum pernah melakukan sejauh ini dengan pacarnya, paling jauh adalah petting dengan menggesekan kemaluan mereka dengan Ella masih memakai celana dalamnya. Dia masih belum mau melepas keperawanannya itu untuk sang pacar meskipun mereka sudah cukup lama berpacaran.

Gino mencoba memaksakan masuk kepala penisnya, tapi memang terasa sangat susah. Apalagi vagina itu memang masih kering, hanya basah diluar karena jilatannya tadi. Tapi Gino tak mau menyerah dan terus berusaha, hingga akhirnya bibir sempit itu mulai terkuak. Perlahan Gino semakin memaksakan kepala penisnya untuk masuk. Hal itu rupanya menyakitkan Ella dan membuatnya mendesis. Gino tahu mangsanya itu akan segera sadar, dan dia harus sudah memasukan sebagian penisnya sehingga saat gadis itu benar-benar sadar itu adalah saat dimana dia merobek selaput dara mantan muridnya itu.

“Sssshhhhaaaaaahhhhh” kembali terdengar desisan dari Ella waktu kepala penis Gino akhirnya bisa masuk. Gadis yang masih belum sadar itu sedikit mengernyitkan dahi merasakan sakit dibagian tubuhnya. Dia bahkan reflek mencoba menutupkan kakinya yang terbuka lebar tapi tertahan oleh tubuh Gino. Akhirnya perlahan-lahan gadis itu membuka matanya dan langsung terkejut mendapati dirinya sedang telanjang, dengan seorang pria yang dia kenal juga sudah telanjang, dan berada diantara kedua kakinya. Ella langsung sadar apa yang sedang terjadi karena sakit dibibir vaginanya.

“Pak Gino jangaaaan, lepasssiiin paak” Ella mencoba berontak tapi tubuhnya langsung ditahan oleh Gino.
“Nah pas banget kamu udah bangun cantik, biar kamu bisa ikut merasakan gimana nikmatnya memek kamu bapak masukin, haha”
“Jangan paak, lepasin sayaa, hiks hiks” Ella mulai terisak.
“Ini hukuman buat kamu sayang, karena udah bikin bapak malu, dipecat dan dipenjara. Sekarang kamu harus terima akibatnya, memek kamu yang harus membayar semua ini”
“Ampun paak, saya mohon maafkan saya. Saya nggak tahu kalo waktu itu bapak ada disitu, ampuni saya paak jangan perkosa saya, hiks hiks”
“Bodo amat, yang penting sekarang kamu harus dihukum, rasain ini, haah”
“Jangaaaann aaaaaaaarrrrgggghhhh sakiiiiiiiiitttt” teriakan Ella begitu keras saat tiba-tiba Gino mendorong penisnya memaksa masuk ke vaginanya. Ella merasakan tubuhnya seperti terbelah, sakit sekali.
“Huaaahh memek perawaaaan, nikmatnyaaaaaa” Gino merasakan kenikmatan yang tiada tara. Ini adalah kedua kalinya dia merasakan perawan setelah dulu memerawani mantan istrinya.

“Sakiiit paaak, lepasiiin, cabuut, cabuuuutt” Ella menggeliatkan badannya karena rasa perih yang dia rasakan. Tangisnya makin meledak. Tapi tubuhnya sudah dikunci oleh Gino sehingga tak bisa banyak bergerak.
“Aakhh jangan dilawan anak manis, biar nggak terlalu sakit” Gino masih mendiamkan penisnya merasakan denyutan dari dinding vagina Ella. Dia menjatuhkan badannya memeluk erat tubuh Ella lalu menciumi bibir gadis cantik itu, tapi Ella mencoba menghindar. Kepala Ella ditahan oleh Gino dan bibirnya berhasil mencium bibir Ella. Ella yang merasa kesakitan sampai tidak bisa menutup bibirnya sehingga dengan mudah bibirnya dilumat oleh Gino, bahkan lidah mantan gurunya itu sampai masuk kebibirnya.

Gino mulai menggerakan penisnya perlahan. Dia ingin menikmati setiap gesekan antara permukaan penisnya dengan dinding vagina Ella yang baru saja dia perawani itu. Terlihat dari sela-sela bibir vagina Ella mengalir darah keperawanannya. Ella masih terus menangis. Kedua tangannya bahkan sampai mencakar punggung Gino saking merasa sakit divaginanya, tapi Gino tak peduli dengan itu karena masih kalah dengan kenikmatan yang dia rasakan sekarang ini.

Makin lama gerakan Gino memompa penisnya makin cepat. Dia merasa dinding vagina Ella sudah tidak lagi menekannya seperti saat pertama tadi. Gadis itu tampaknya sudah mulai terbiasa dengan ukuran penisnya. Meski begitu Ella masih terus menangis karena rasa sakitnya benar-benar belum hilang, apalagi gerakan Gino sekarang makin cepat. Teriakan dan jeritan kesakitannya harus tertahan oleh lumatan bibir Gino. Tapi memang rasa sakitnya sudah sedikit berkurang berkat cairan yang secara alami keluar dari vaginanya untuk mengurangi rasa perih akibat gesekan dengan penis Gino.

“Aaahh aahhh Ellaa, aahh memek kamu enak banget sayang. Aahh kontolku kayak diremes-remes, kamu bener-bener hebat, nikmat banget, aahh aahh” Gino meracau sendiri sambil terus menyetubuhi mantan muridnya itu. Sedangkan Ella tak menjawabnya dan terus menangis. Dia tak menyangka keperawanannya akan direnggut paksa oleh mantan gurunya itu.

“Aaahhh aahhhh aaahhh nikmat banget kamu Ella, bapak nggak akan bosen sama memek kamu ini” Gino masih terus meracau. Sekarang dia bangkit, kedua tangannya memegang kaki Ella dan membukanya lagi lebar-lebar. Dia pompakan lagi penisnya dengan cepat. Terlihat kedua payudara Ella berlonjak-lonjak naik turun mengikuti sodokan-sodokan Gino.

Genjotan Gino tampaknya mulai semakin kasar, tapi dia belum akan keluar. Gino memang memiliki stamina yang bagus dalam bercinta, itulah dulu yang membuat istrinya selalu kewalahan menghadapinya. Dan sekarang gadis yang masih lugu dan baru saja dia perawani itu harus merasakan betapa perkasanya Gino, mantan guru olahraganya itu. Pemandangan terlihat kontras dimana seorang gadis muda berkulit putih bersih bak pualam, terlentang dengan tubuh telanjang bulat dan kaki diangkat terbuka lebar membentuk huruf V, sedang digenjot habis-habisan oleh lelaki yang umurnya 2 kali lipat darinya yang berbadan kekar dan sedikit gelap itu.

Penis besar Gino terlihat keluar masuk diliang vagina Ella yang sempit. Sementara kedua tangan gadis itu hanya bisa meremas sprei putih yang ditengah-tengahnya kini ada bercak merah darah keperawannya. Ekspresi yang bertolak belakang juga terlihat disitu. Ella yang terus meringis merasakan sakit divaginanya, sedangkan Gino yang wajahnya menunjukan kenikmatan tiada tara setelah memerawani mantan muridnya itu.

Sudah hampir 15 menit Gino menyetubuhi Ella dalam posisi seperti itu. Rasa sakit Ella belum hilang sepenuhnya, tapi rintihan kesakitannya tak terdengar sesering tadi. Sementara Gino merasa vagina Ella yang semakin basah membuat penetrasi penisnya semakin lancar keluar masuk. Gino ingin mencoba posisi lain. Dengan penis yang masih menancap divagina Ella, dia memutar tubuh Ella membalikannya hingga tengkurap lalu mengangkat pinggulnya. Terlihat kini pinggul gadis muda itu yang membuat sempurna.

Punggung putih mulus Ella tampak sudah agak basah oleh keringatnya. Kamar yang cukup panas karena tidak berAC itu menambah panasnya suasana. Gino kembali memompakan penisnya divagina Ella, mulai dari perlahan hingga semakin cepat. Ella hanya bisa pasrah saja diperkosa oleh lelaki itu. Gino kemudian menarik rambut panjang Ella, membuat gadis itu mau tak mau bertumpu pada kedua tangannya. Dengan posisi merangkak ini terlihat sepasang buah dada Ella yang menggantung bergerak maju mundur seirama dengan genjotan Gino.

Dalam posisi ini membuat Ella merasakan penetrasi penis Gino semakin dalam divaginanya, sehingga membuatnya kembali mengernyit menahan sakit. Tangisnya belum mereda, air matanya terus turun mengalir dipipinya yang semakin merona. Selama sekitar 10 menit Gino terus menyetubuhi Ella dengan posisi itu. Ella sebenarnya mulai merasakan ada hal lain yang dia rasakan, seperti ada kenikmatan diantara rasa sakitnya, karena itulah vagina Ella sudah semakin basah.

Gino kemudian membalik lagi tubuh Ella hingga terlentang tanpa melepaskan penisnya. Ella sempat menatap tajam wajah mantan gurunya itu, menyiratkan kemarahan yang teramat sangat. Tapi kemudian dia kembali memejamkan mata saat Gino mulai menggenjotnya lagi. Ella langsung mengatupkan bibirnya saat bibir Gino menyerbunya. Lelaki itu menyetubuhi Ella lagi sambil tangannya kini meremas gemas kedua buah dada Ella yang ranum.

Gerakan tubuh Gino semakin cepat, penisnya juga mulai berkedut-kedut. Ella meskipun belum pernah berhubungan badan sebelumnya tapi dia tahu lelaki yang sedang memperkosanya itu sebentar lagi akan orgasme. Dia panik, tidak ingin mantan gurunya itu melepaskan benihnya didalam vaginanya. Meskipun ini bukan masa subur Ella, tapi gadis itu tak mau mengambil resiko. Dia kemudian berontak, tapi sekali lagi tak bisa bergerak banyak karena tubuhnya yang ramping ditindih oleh tubuh kekar Gino. Hingga akhirnya dengan sebuah sentakan keras Gino melepaskan bermili-mili benihnya didalam vagina Ella, yang kembali membuat tangisan gadis itu meledak lagi.

Gino menggeram penuh kenikmatan sedangkan Ella menangis penuh penyesalan. Ella pasrah saat lidah Gino memaksa masuk kemulutnya. Dia membuka mulutnya begitu saja dan membiarkan lidak itu menari-nari didalam mulutnya. Gino masih mendiamkan penisnya hingga mulai melemas, baru kemudian mencabutnya. Gino melihat dari bibir vagina Ella mengalir cairan putih kental bercampur dengan darah keperawanan Ella. Dia puas sekali telah berhasil menuntaskan dendamnya dengan memerawani mantan muridnya, yang telah membuatnya kehilangan banyak hal itu.

Sementara itu Ella masih menangis sesenggukan tanpa berusaha menutupi ketelanjangannya. Toh Gino sudah melihat semua, bahkan mengambil keperawanannya dan melepaskan benih didalam vaginanya. Ella benar-benar berharap hitungannya kali tepat, bahwa dia sedang tidak dalam masa subur. Akan menjadi aib yang sangat memalukan bagi seorang siswi teladan seperti dirinya jika sampai hamil hasil dari perkosaan ini.

Gino beranjak dari ranjang untuk membersihkan penisnya, membiarkan gadis yang baru dia perawani itu menangis meratapi nasibnya. Ella bahkan diam saja waktu Gino mengambil beberapa fotonya dari berbagai sudut. Ella tahu, menolakpun tak ada gunanya. Dia tahu foto-foto itu pasti nantinya akan digunakan untuk mengancamnya dan memperkosanya lagi dikemudian hari. Ella semakin menangis meratai nasibnya yang telah dihancurkan oleh orang yang sudah dia hancurkan karir dan keluarganya, meskipun itu sama sekali tidak dia sengaja.

Gino kemudian keluar dari kamar itu, sementara Ella masih belum bergerak dari posisinya. Tak lama kemudian Gino kembali membawa 2 buah botol minuman. Satu dia minum sendiri dan 1 lagi dia taruh dimeja kecil dekat ranjang, untuk Ella. Dia kemudian duduk disamping tubuh telanjang gadis itu, dengan lembut membelai kepala Ella. Setelah beberapa saat Ella bergerak bangkit duduk dan bersandar di bahu ranjang. Dia kembali menangis saat melihat bercak darah disprei putih itu. Setelah beberapa saat dia menjadi tenang, Gino menyodorkan botol minuman yang tadi dia bawa kepada Ella. Dengan enggan Ella menerima dan meminumnya.

“Ella, itu akibatnya karena kamu udah bikin bapak kehilangan pekerjaan dan keluarga bapak. kamu tau, dipenjara bapak juga disiksa sama polisi-polisi itu disuruh ngaku. Bapak nggak pernah ngelakuin itu, kamera itu bukan punya bapak. Tapi gara-gara kamu bapak jadi begini. Dan kamu tau, bapak sudah memasang kamera dikamar ini, jadi semua yang kita lakukan tadi sudah terekam semua. Kalo kamu nggak mau rekaman itu sampai kesebar, kamu mulai sekarang harus nurut sama kata-kata bapak. sekali saja kamu melanggar, bapak pastikan wajah kamu akan semakin terkenal diinternet, tentu saja wajah bapak akan disamarkan, jadi cuma kamu yang kelihatan disitu, kamu ngerti kan sayang?”

Ella mengangguk lemah. Dia sudah pasrah, dia tahu tak bisa lari lagi dari cengkraman lelaki itu. Pikirannya saat ini sedang kosong, tidak bisa memikirkan hal-hal yang lainnya lagi. Terlihat sekali bahwa lelaki yang baru saja memperkosanya itu telah merencanakan semuanya dengan penuh perhitungan dan memastikan mangsanya benar-benar takluk olehnya.

“Saya udah boleh pulang pak?” tanya Ella yang akhirnya membuka suaranya.
“Pulang? Ngapain? Udah kamu disini aja sampai besok”
“Tapi pak, mama papa saya nunggu dirumah”
“Kamu nggak usah bohong sama sama El, orang tua kamu lagi ke semarang kan, dan baru pulang besok sore. Udahlah hari ini kamu nginep sini, saya belum puas sama kamu”

Ella mendesah lirih. Ternyata lelaki itu sampai tahu kalo kedua orang tuanya sedang pergi dan baru pulang keesokan harinya. Ella tak tahu lagi apa yang dimaui oleh Gino setelah tadi mengambil keperawananya. Tapi yang dia tahu pasti, dia harus melayani nafsu mantan gurunya itu. Terbesit sebuah penyesalan dalam hatinya. Waktu ulang tahunnya yang ke 17 bulan lalu sebenarnya dia sempat ingin memberikan keperawanannya kepada pacarnya yang sudah 3 tahun ini bersamanya. Tapi waktu itu dia masih ragu. Tapi kini justru keperawanannya direbut paksa oleh pria yang umurnya jauh diatasnya.

Gino sendiri belum mau membiarkan mangsanya ini pulang. Dia memang sudah berhasil memperkosa Ella dan membuat gadis itu menuruti kemauannya. Tapi dia tahu Ella sedari tadi masih belum merasakan orgasme karena masih merasa kesakitan oleh penisnya. Gino ingin membuat gadis itu benar-benar bertekuk lutut kepadanya, mengubahnya menjadi gadis yang binal yang dikuasai oleh birahinya sendiri. Gino ingin mengajarkan kepada Ella agar gadis itu menjadi wanita yang tahu bagaimana caranya memuaskan lelaki. Lagipula, masih ada 2 lubang lagi dari gadis itu yang belum merasakan keperkasaan penisnya. Dia berniat untuk membuat Ella pulang dengan langkah tertatih-tatih karena merasakan sakit dikedua lubang diselangkangannya. Diapun mendekati Ella, dan bersiap untuk ronde selanjutnya.

+++

Sementara itu diwaktu yang sama, disebuah ruangan terlihat sepasang manusia berbeda jenis sedang beradu kelamin dengan panasnya. Tubuh keduanya sudah telanjang bulat. AC diruangan itu tak cukup mampu mendinginkan hawa panas dari pergumulan kedua orang itu. Sang wanita yang sekarang sedang berada diatas tubuh sang pria sedang menaikturunkan tubuhnya dengan begitu semangat. Kedua buah dadanya yang sekal bergerak indah mengikuti gerakan tubuhnya.

Sementara itu sang pria yang berada dibawah tangannya tampak sedang memegang sebuah kamera, mengabadikan ekspresi wanitanya yang kian binal. Sambil sesekali salah satu tangannya menggerayangi payudara wanita itu bergantian. Entah sudah berapa lama mereka bergumul tapi terlihat sang wanita sudah mulai kepayahan. Penis besar pria itu masih tegang berada didalam vagina wanita yang sudah beberapa kali orgasme itu.

“Aahh aahh kontolmu enak banget pak, aahh aahh gila kuat banget sih”
“Hahaha memekmu makin lama juga makin enak. Ayo goyangin terus, bentar lagi aku keluar”

Mendengar itu sang wanita kembali bersemangat. Dia ingin membuat pejantannya itu terpuaskan sepuas-puasnya. Dia ingin disemprot oleh cairan hangat dan kental milik lelaki itu. Gerakannya menjadi begitu liar. Dia juga menggerakan otot-otot didinding vaginanya untuk meremas penis pria itu yang sudah mulai berkedut-kedut. Dia tahu lelaki itu suka diperlakukan seperti itu, dan biasanya kalo sudah begini tak lama lagi pria itu akan orgasme.

Dan benar saja, pria itu mulai bergerak setelah dari tadi hanya diam saja. Penisnya yang panjang itu terasa menumbuk bibir rahim sang wanita, membuat beberapa kali wanita itu memekik keenakan. Gerakannya yang semakin liar membuat wanita itu harus beberapa kali membenarkan letak kacamatanya yang hampir jatuh. Dia tahu lelaki yang sedang dia tunggangi itu lebih suka melihatnya seperti ini, terlihat lebih pintar dan dewasa katanya.

“Aahh aahh terusiin, gerakin yang cepet, aku mau keluaar”
“Aahh aahh aahh iyaa paakhh aahh, aku juga mau keluar lagiiihh”
“Aaahhh anjiiing, pereek goyanganmu enak banget, aku keluaaaarr”
“Aaaahh paaak aku jugaaaaaa”

Kedua tubuh telanjang itu kelojotan menyambut orgasme mereka bebarengan. Orgasme pertama bagi pria itu, dan entah yang keberapa untuk si wanita. Tubuh mereka menegang sejenak lalu melemas lagi. Wanita itu bergerak naik hingga penis hitam panjang dan berurat itu keluar dari vaginanya. Telihat cairan putih kental menetes dari bibir vaginanya yang menganga.

Wanita itu langsung duduk disamping si pria yang juga sudah terduduk. Tubuhnya sangat lemas menghadapi keperkasaan pria itu. Sudah beberapa kali dia berhubungan dengan pria itu. Meskipun pada awalnya diancam dan diperkosa, tapi kemudian dia semakin menikmati bahkan ketagihan kontol pria itu. Sejak itu dia tak pernah merasakan kepuasan ketika bercinta dengan suaminya, padahal belum ada setahun ini dia menikah.

“Hmm, Far, kameranya udah dipasang lagi?”
“Udah pak, kemarin udah saya pasang lagi pas guru-guru lain pada ngajar”
“Huft, gara-gara keponakanmu tuh hampir aja aku ketahuan”
“Yaa jangan salahin Ella dong pak”
“Jangan salahin gimana? Lagian kenapa juga dia pake toilet buat guru”
“Ya namanya juga kebelet pak. Lagian toilet buat siswa kan penuh karena mereka abis olah raga. Udahlah jangan salahin dia lagi, untung waktu itu ada si Gino disitu, jadi bisa nyari kambing hitam kan”
“Haha Farah Farah, bener kamu. Untung ada si goblok Gino itu. Tapi sayang dia dapet pengacara yang handal kemarin, makanya sekarang udah bebas. Sayang juga dia udah dicerai sama istrinya, padahal aku pengen deketin istrinya juga”
“Haduh pak Bowo ini masih kurang puas sama saya emangnya?”
“Bukan gitu, aku puas sama kamu, tapi aku kan juga pengen nyobain memek lain, haha”
“Karena itu kan pak Bowo masang kamera ditoilet cewek? Biar bisa maksa cewek-cewek yang direkam ngentot sama bapak? kayak ngancem saya dulu?”
“Halah kamu. Dulu diancem sekarang minta dikontolin, dasar perek. Perek kok jadi guru BK, hahaha”
“Ish bapak juga sih , udah tau saya guru BK masih aja diembat. Dasar kepala sekolah cabul”
“Hahaha, tapi kamu keenakan kan sama kontolku? Sampe nggak puas lagi sama suaminya sendiri”
“Hehehe iya sih pak”
“Eh tapi Far, sayang ya kamera itu disita sama polisi, padahal kan udah dapet rekamannya ponakanmu itu”
“Heh pak, jangan bawa-bawa Ella, masih perawan tu anak. Saya nggak mau dia kenapa-kenapa, bisa repot nanti. Dia kan siswa andalah disekolah ini”
“Hehehe iya iya, aku juga ngerti kok. Dia salah satu asetku buat cari nama, makin dia sukses makin bagus namaku. Aku nggak bakal macem-macem sama dia selama kamu bisa muasin aku. Atau, kamu bisa, hmm...”
“Bisa apa pak?”
“Bisa nyariin aku gantinya si Ella, buat aku entotin, haha”
“Lha kan saya udah pasang kameranya yang baru. Tinggal nunggu aja hasil rekamannya pak, entar guru-guru yang bapak mau tinggal dipaksa kayak saya dulu kan?”
“Iya makanya itu. Tapi lebih baik kalo kamu bisa nyariin aku siswi yang bisa aku entot”
“Hadeeh dasar emang tua bangka mesum. Iya nanti saya cariin, tapi saya nggak janji ya”

Ya, kedua orang itu tak lain adalah pak Bowo sang kepala sekolah dan bu Farah guru BK di sekolah Ella, sekaligus tante dari Ella. Sebenarnya pak Bowo adalah pemilik kamera tersembunyi yang dipasang ditoilet wanita khusus guru. Sayangnya hari itu tanpa sengaja Ella melihatnya sehingga rencananya sedikit berantakan. Untuk saja ada Gino yang dijadikan kambing hitam. Setelah Gino ditangkap polisi pak Bowo langsung melapor ke dinas dan meminta agar Gino secepatnya dipecat.

Pak Bowo harus menunggu selama ini karena setelah kejadian itu dia sendiri yang menyuruh guru-guru dan satpam untuk memeriksa disemua tempat siapa tahu ada kamera tersembunyi lagi yang dipasang selain kamera cctv milik sekolah. Dia ingin mengambil hati para guru dan siswa sehingga dianggap sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab, tapi sebenarnya dia punya rencana lain.

Menurut laporan dari bu Farah yang selama ini sudah berhasil dia jadikan sebagai budak nafsunya, para guru wanita disekolah ini mulai bersikap waspada sejak peristiwa penangkapan Gino itu, dan setelah 5 bulan bu Farah bisa melihat rekan-rekannya mulai melupakan peristiwa itu dan mulai berkurang kewaspadaannya, sehingga pak Bowo memerintahkan kepadanya untuk memasang kamera baru lagi ditempat yang sama. Bu Farah menurut saja, dan berhati-hati sekali memilih tempat untuk memasang kamera baru itu.

Setelah terpasang kemarin, tentunya sudah ada beberapa guru wanita yang terekam sedang beraktivitas di toilet itu. Ada beberapa guru muda disini yang menjadi incaran pak Bowo, baik itu yang sudah menikah maupun yang belum. Tidak semua diincar karena hanya beberapa saja yang masuk seleranya. Berbekal kamera tersembunyi itu dia berencana untuk membuat guru-guru wanita incarannya menjadi seperti bu Farah sekarang, yang selalu siap kapan saja jika dipanggil untuk memenuhi nafsu syahwatnya yang besar. Hanya tinggal menunggu saja sampai hal itu bisa dia lakukan.

“Far, lanjut lagi kita?”
“Ayok, siapa takut”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.